Namaku Laluna Aurora

Aku pernah bermimpi bertemu dengan cowok yang belum pernah aku temui sebelumnya. Dia tidak tampan, tapi manis. Dia memanggilku “Luna”, hal yang sangat jarang kudengar. Dan setelah memanggilku, dia lalu pergi dengan senyuman. Aku merasa senyum itu mendamaikan, dan itu senyum terindah yang dipersembahkan untukku.
Namaku Laluna Aurora. Aku sering dipanggil Roro. Aku benci dipanggil Roro, aku ingin dipanggil dengan namaku. Lana, Luna, atau Ara. Tapi yang memanggilku demikian hanya ada empat orang. Ayah, Ibu, Kakak perempuanku yang bernama Adera Aurora, dan ada seorang cowok yang hingga sekarang masih berada di hatiku yang paling dalam, masa laluku. Kakakku saja dipanggil dengan nama yang wajar, Dera. Nama yang simple dan cukup trendi untuk masa kini. Tidak seperti nama
panggilanku yang terdengar lebih ke nama-nama jawa yang jadul. Aku sendiri tidak tahu siapa yang memulai memanggil seperti itu.
Ini hari pertamaku masuk sekolah, sebelumnya aku bersekolah di Kota Solo dan sekarang aku harus pindah karena pekerjaan Ayah. Disekolah baruku terasa asik, anaknya baik, nggak sombong. Aku tadi memperkenalkan diriku dengan nama Luna. Tapi pas mereka tau nama lengkapku, ujungnya aku dipanggil Roro lagi. Aku nggak ngrasa susah buat bergaul sama anak-anak disekolah baruku.
Seminggu di sekolah baru. Menyenangkan, tapi tugasnya menyibukkan. Ini nih yang aku kagetin. Aku bertemu dengan orang yang sama seperti di mimpiku. Jujur saja, mimpi itu selalu membayangiku. Dan akhir-akhir ini aku berulang kali mengalami mimpi itu. Orang yang aku temui tanpa sengaja ini punya wajah, bentuk tubuh yang sama. Dan senyum yang sama-sama indahnya. Aku mengaguminya, padahal aku hanya sekali bertemu dan itu tanpa kesengajaan. Bayangan senyum indah itu aku bawa sampai di rumah, dan sampai di mimpiku.
Semakin lama aku tinggal disini, dan semuanya berjalan lancar-lancar aja. Aku sekarang sering bertemu dengan cowok itu. Aku pernah denger dari salah seorang temanku, namanya itu Derava Andromeda. Teman-temannya memanggilnya Rava. Nama yang indah, seperti senyumnya. Aku mengaguminya lagi, lagi, dan lagi. Aku suka memandangnya dan selalu ingin tau tentangnya. Tapi hingga saat ini aku belum berani untuk beecakap dengannya. Aku merasa aku mulai merasa lain dengan rasa suka terhadapnya. Aku merasa ini sudah menjadi rasa sayang, mungkin cinta. Ah, sebodo amat. Aku memang suka padanya.
***
Tahun ajaran baru, nggak nyangka udah satu tahun aku disini. Nama panggilanku tetap Roro. Dan kebencianku tidak hilang dengan nama panggilan itu. Aku ingin dipanggil dengan “Luna” “Lana” atau “Ara” (sekali lagi aku bilang ini). Aku ingin namaku terdengar normal. Malah kadang ada yang mengejekku dengan nama Roro Jonggrang atau Roro Mendhut. Itu memalukan kawan. Aku merasa menjadi cewek kuno yang tinggal di kerajaan bersama dayang-dayangnya. Huh menyebalkan!
Aku pulang sore hari ini dari sekolah. Soalnya aku masih ada tugas yang harus aku selesaikan. Dan tiba-tiba Dava datang ketempat dimana aku duduk saat itu. Kami hanya berdua, hanya aku dan dia. Dia tersenyum kepadaku, dan kubalas dengan cengiran tak jelas. Salting men hehe.
“Sendirian aja ya Lun?” katanya lembut
Hey, dia memanggilku “Luna” ? darimana dia tau aku tidak suka dipanggil Roro? Tidak ada seorangpun yang tau kalau aku benci dipanggil Roro.
“Eh, iya nih. Nyari WiFi disini sekalian yang gratis. Hehe” jawabku sekenanya.
Lalu muncul keheningan selama beberapa saat antara aku dan dia.
“Aku pernah lihat kamu datang di mimpiku Lun. Kamu cantik di mimpiku. Manis dengan senyum itu. Aku nggak ngerti apa arti mimpi itu. Aku hanya menyimpannya sendiri di otakku, tanpa pernah berhenti memikirkan mimpi itu. Lalu kemudian kamu datang. Awalnya aku gak pengen tau pas temenku bilang ada anak baru disekolah ini. Waktu itu aku gak sengaja masuk di kelas kamu. Dan aku tanpa sengaja liat kamu, tapi kamu mungkin nggak tau aku. Ternya kamu memang benar-benar cantik. Dan mulai saat itu aku mulai perhatiin kamu. Tapi maaf, aku baru berani sekarang buat kenalan sama kamu.” Dia bercerita panjang lebar.
Aku yang mendengarkannya kaget. Dan akhirnya aku menceritakan tentang mimpiku juga. Mimpi yang sama dengan mimpinya. Mimpi dimana aku melihat senyum indahnya. Aku juga sering memperhatikannya dan hanya berani diam-diam saja.
“Luna, aku juga pernah bermimpi ada seorang cowok yang datang kepadaku. Dia hanya berkata “Panggil dia Luna” dan aku nggak ngerti maksudnya. Akhirnya aku menemukan jawabannya ketika aku mencari tau namamu. Awalnya temenku bilang kalau namamu Roro. Tapi aku nggak yakin. Samapai akhirnya aku tau nama lengkap kamu dan tau bahwa yang dimaksud cowok itu kamu. Kalau boleh tau, dia siapa Lun?”
“Dia orang yang dulu pernah dekat denganku. Namanya Antares Deraya. 2 tahun lalu dia telah berpulang kembali ke pangkuan Tuhan. Membawa serta cinta dan separuh jiwa beserta hatiku. Kamu tau Va, senyum kamu itu membuatku teringat padanya. Senyum kamu itu sama kaya dia.” Kataku sambil meneteskan air mata.
“Em Lun, aku sebenenya nggak tau yang bakal aku omongin ini bener atau salah. Aku sendiri juga nggak ngerti kenapa bisa seperti ini. Jujur aku awalnya suka memandang kamu, lalu aku mulai menyayangi kamu, dan mungkin sekarang aku mencintaimu. Luna, bolehkan seorang Derava Andromeda ini menciptakan sebuah galaksi kecil untuk kamu? Bolehkan seorang Derava Andromeda ini Terjebak dalam Lubang Hitammu? Aku rela jika selamanya terjebak di dalam lubang hitammu.”
Gila. Makasih udah panggil aku Luna Rava. Aku juga sayang kamu Rava. Aku juga cinta kamu. Aku mau kamu membangun galaksi buatku. Jadi aku harus jawab apa? Tentu saja iya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Namaku Laluna Aurora"

Posting Komentar