THE UNEXPECTED (Jika Cinta Meninggalkan Kita)
Kubuka mataku di Rabu pagi itu,
ketika sinar matahari pagi nekat memaksa masuk kedalam kamarku melalui
celah-celah yang ada. Aku kembali berusaha memejamkan mataku, untuk kembali
menyelami mimpi-mimpi. Namun ketenanganku tiba-tiba terusik ketika sebuah ingatan
menyeruak masuk di dalam memoriku.
“YaAllah,
hari ini kuliah pagi.” Kulihat jam beker Angry
Birds merah yang berada di meja sebelah kiriku. JAM 8!!!! Padahal hari ini
aku masuk jam setengah 9. Aku bingung, belum mandi (iyalah baru aja melek
juga), perjalanan ke kampus itu sekitar 30menit. Secepet-cepetnya aku mandi
ataupun gak mandi ya tetep aja telat. Mana dosennya kaya singa. Aduh, galau!!
“Mah,
Dira berangkat kuliah dulu ya. Assalamualaikum.” Pamitku kepada sang ibunda
bersamaan dengan gerakan tanganku yang mengambil roti isi secara kilat dan
kakiku yang berlari kecil.
“Loh,
buru-buru banget to cah ayu?” Mama
mengikutiku ke garasi.
“Iya,
Dira lupa kalau ada kuliah pagi. Berangkat dulu mah. Assalamualaikum.” Pamitku
lagi sambil menghidupkan motor maticku.
“Hati-hati
dijalan sayang.”
Aku
sedikit mengintip kedalam kelasku yang sunyi. Bukan berarti gak ada orangnya,
tapi gara-gara dosennya killer abis. Kukumpulkan keberanianku untuk memasuki
kandang singa itu, memikirkan alasan secerdas mungkin supaya si singa itu tidak
memakanku.
“Pagi
pak, maaf saya telat.” Ucapku santun.
“Saya
tau, dan saya tidak mau mendengarkan alasan apapun dari anda. Sekarang kalau
anda mau mengikuti mata kuliah saya, silakan anda duduk. Jika tidak, saya tidak
keberatan kalau anda keluar dari kelas saya.”
“Gila,
sadis bener.” Batinku.
Dan
mata kuliah ini pun berjalan seperti biasa, membosankan. Berkali-kali aku
dibuat menguap olehnya, dan sebisa mungkin kutahan kantukku.
Mata
kuliah dosen killer itupun akhirnya berakhir, dan tadi ketika dia lengah
mengajarnya aku sempat membuat janji dengan Dika, kekasihku. Kutunggu dia di
kantin kampusku sambil meminum jus jambu.
“Maav
lama ya sayang, aku tadi lagi diskusi sama Aro soal tugas Termodinamika.” Kata
Dika merasa bersalah ketika melihat aku menunggunya.
“Santai
aja sayang, aku juga belum lama kok. Oh ya ada apa sih ngajak ketemu dikantin
?” tanyaku penasaran.
“Yah,
aku kan kangen sama kamu. Masa gak boleh ketemu?”
“Yee,
bukan gitu, tumben aja gitu ngajak ketemu disini. Biasanya juga maen kerumah,
atau gak ngajak jalan.”
“Nanti
malem kita keluar ya? Tapi sebelumnya aku juga mau maen ke rumah dulu. Jangan
lupa dandan yang cantik.” Kata Dika.
“Oke,
aku tunggu ya.”
Topik
pembicaraanku dengannya pun berubah ke topic lainnya yang lebih menarik. Tak
terasa jam kuliah ke-2 telah tiba. Dan aku pun harus masuk kelas, sedangkan
Dika pulang soalnya jam dia udah habis.
Sorenya
aku bersiap-siap. Ingin sekedar menuruti permintaannya, akupun dandan secantik
yang aku bisa. Tidak menor, tapi ya aku ingin berpenampilan secantik mungkin.
Jam 7 Dika sampai dirumah, aku berpesan kepada mama untuk menyuruh Dika
menungguku sebentar lagi. 15 menit kemudian, setelah aku sudah yakin dengan
penampilanku, aku berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Disana sudah ada
mama papa yang sedang asik ngobrol dengan Dika. Sebenarnya terasa aneh, malam
ini Dika memakai pakaian serba putih. Celana putih, dan kaos putih bermotif
hitam sedang dipakainya.
“Wah,
Dira cantik banget ya Om Tante.” Serunya ketika melihat kehadiranku.
“Iya
dong, anak om sudah pasti cantik.” Papaku berkata dengan bangganya.
“Dira
saya ajak keluar dulu ya Om Tante. Saya berjanji akan menjaganya.” Pamitnya
kepada kedua orang tuaku.
Pintu
mobil itu dibukakan olehnya.”Silakan masuk Ratuku.” Aku yang merasa aneh untuk
kedua kalinya pun menurut saja. Dika romantis, perubahan yang dasyat!
“Kita
mau kemana?” tanyaku.
“Kehatiku
sayang.”
“Ih
serius, kita mau kemana.” Kataku sambil mencubit perutnya.
“Aduh,
sakit tau. Udah nurut aja. Kamu gak bakal aku apa-apain sayangku.”
Dan
akhirnya kami berdua sampai di sebuah tempat. Terlihat seperti sebuah Resort
dengan pamandangan yang Luar biasa indah. Dika mengajakku ke kolam renang yang
berada tidak jauh dari pintu masuknya. Aku kali ini benar-benar terkejut, dan
terharu. Air di kolam renang itu mungkin tinggal sekitar ¾ nya, disana ada
jejeran lilin yang membentuk tulisan “Marry Me”.
Dika
meraih tanganku dan berkata,”Aku sangat mencintaimu, dan aku akan merasa sangat
terhormat apabila bisa menyanding wanita sesempurna dirimu. Will u marry me?”
Sungguh
saat ini aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku merasa menjadi wanita
yang paling bahagia. Anganku pun belum memikirkan kalau Dika akan melakukan
semua ini. Aku hanya bisa menganggukkan kepala karena aku tidak sanggup lagi
berkata. Dikapun memelukku membisikkan “Aku sudah bisa membayangkan kalau kita
nanti menjadi sebuah keluarga yang bahagia sayang.” Kemudian sebuah ciuman
mendarat di keningku. Dan dia memelukku lagi. Lama dia memelukku dan aku
merasakan tubuhnya bertumpu padaku. Kupanggil namanaya, namun sama sekali tidak
ada sahutan. Ketika kutarik tubuhku ke belakang, dia jatuh tersungkur.
“Dika,
kamu kenapa? Bangun.” Teriakku penuh kekhawatiran.
Namun
tiada jawaban, dia tetap diam. Kucoba menempelkan telingaku di dadanya,
berusaha mendengarkan detak jantungnya. Lama kudengarkan namu tak ada apapun
yang terdengar. Detak jantungnya lenyap, bersamaan dengan hilangnya jiwa sang
pemilik raga. Di tangannya terdapat sebuah kotak kecil. Kubuka kotak itu dan di
dalamnya terdapat dua buah cincin dan segulung kertas kecil.
“Maaf
sayang, aku meninggalkanmu. Tapi ini takdir tuhan dan kuharap kamu mampu
menerimanya. Jangan menangis, karena aku akan selalu hidup di hatimu. Aku
sangat mencintaimu istriku.”
Itu
adalah isi dari gulungan kecil yang terdapat di dalam kotak cincin ini. Kuambil
cincin itu dan kupakaikan ke jari manisnya, sedangkan salah satunya kuletakkan
di jari manisku sendiri. Air mataku telah mengalir dengan derasnya sejak tadi.
Kucium kening, pipi, hidung serta bibirnya. Kupeluk raga itu dengan eratnya,
seolah aku tak ingin melepaskannya sampai kapanpun.
“Selamat
jalan cinta. Aku sangat mencintaimu suamiku.”
0 Response to "THE UNEXPECTED (Jika Cinta Meninggalkan Kita)"
Posting Komentar